Jumat, 16 Januari 2009

pemantaban suatu sistem pembelajaran

bagaimanakah sistem pembelajaran di negeri kita ini? apakah sudah sesuai dengan tingkat kemajuan zaman yang menuntut banyak sekali hal yang terkadang terbersit untuk difikir saja tidak pernah.

suatu konsepsi yang mengambang dari sistem pembelajaran yang diterapkan kini sangat terlihat jelas pada daerah pembelajaran diluar kota besar. dimana membeli buku masih merupakan suatu hal yang konsepnya dipertanyakan. dapat diambil contoh jika terdapat seoarng siswa yang latar belakangnya dari masyarakat kelas menengah ke bawah, namun berkesempatan untuk mengenyam pendidikan yang sama dengan siswa berlatar belakang menengah ke atas, hal itu pasti sangatlah indah. tetapi dalam sudut pandang yang lain hal itu akan membebani aik secara mental maupun moral serta fisiknya. kenapa demikian? hal ini dikarenakan sistem pembelajaran yang diterapkan berbasis pada apa yang tidak sanggup dimiliki oleh siswa menengah kebawah tersebut. sebut saja laptop(note book) yang harganya sangat tidak murah.

hal lain yang patut jadi sorotan adalah maslah sistem KTSP(kurikulum tingkat satuan pendidikan) yang menurut beberapa kalangan masyarakat masih harus dikaji ulang berkali-kali sebelum akhirnya dapat diterapkan pada setiap tingkat satuan pendidikan. sejatinya siswa mungkin diharapkan dapat memunculkan kreativitas yang mendasar,tetapi lain halnya jika guru hanya memantau dari kejauhan dan menilai tanpa melihat relita dilapangan. seperti halnya pemerintah, tidak dapat pula hanya mengambil sempel percobaan suatu sistem dari sekolah yang diaanggap mampu, tetapi seharusnya malah pemerintah (dalam hal ini dep. pendidikan) wajib memantau juga setiap uji coba berdasarkan realita yang ada dalam masyarakat menengah kebawah.


Belajar Pictures, Images and Photos

maslah lain juga berhubungan dengan suatu nama yang disandang oleh sekolah yang ada dalam masyarakat. semakin sekolah itu memiliki nama dimata masyarakat, semakin mahal pula tingkat harga pendidikan yang harus dibayar oleh siswa tersebut. sebut saja sekolah standart internasional, harga mati yang harus dibayarkan untuk dapat mengenyam pendidikan di tempat itu bisa menguras hampir separuh atau bahkan harga satu sepeda motor bergengsi.


dari sini saja mungkin kita dapat melihat sekilas mengenai rona pendidikan di negara kita. hal yang patut ditanyakan adalah keman perginya dana APBN sebesra 20% yang ditetapkan untuk mendanai seluruh hal yang berhubungan dengan pendidikan. apkah kita tidak malu dengan diri kita apabila negara ini akhirnya tidak dapat dibanggakan dalam kancah internasional? kemana perginya putra-putri bangsa yang peduli akan bangsa ini?

jika mungkin waktu berhenti suatu ucap yang ingin penulis ucapkan adalah "kapan indonesia akan berubah?"

Tidak ada komentar: